Kamis, 31 Januari 2013

Berpegang Teguh pada Al-Qur'an dan Sunnah

Sebagai orang yang mengaku beragam Islam, wajib atas kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi. Karena hanya 2 hal tersebut yang diwariskan nabi kita Muhammad  SAW kepada kita semua sebagai umat Islam. Kalau kita berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi dijamin tidak akan pernah sesat.

Sabda Rasulullah saw: "Aku meninggalkan kalian dua hal. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, maka kalian tidak akan pernah sesat, yaitu Kitab Alloh dan Sunnah NabiNya" (Hadits Riwayat Malik)

Dari hadits di atas sudah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sudah memberikan batasan yang jelas dalam menjalankan perintah Allah SWT dan dalam menjauhi larangan-Nya. Batasan-batasan dalam hal ibadah maupun dalam kehidupan bermasyarakat sudah pasti. Untuk hal ibadah harus ada tuntunannya dalam Al Qur'an ataupun Sunnah Nabi. Ibadah jika tanpa didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi akan tertolak bahkan termasuk bentuk kesesatan. Ibadah yang tidak didasari ilmu agama yang berdasar pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi ini maksudnya adalah suatu ibadah baru yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabatnya. Sebaik-baik ibadah adalah ibadah yang dicontohkan oleh Rasulullah, sedangkan kita yang membuat-buat ibadah baru atau melakukan ibadah-ibadah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah  berarti kita menganggap apa yang dicontohkan oleh Rasulullah tersebut kurang sempurna dan kita merasa lebih pandai dari beliau. Sedangkan untuk urusan duniawai dalam kehidupan bermasyarakat nabi kita menyerahkan pada umatnya karena untuk urusan duniawi ini akan terus berubah sesuai perkembangan jaman. Jadi semua urusan duniawi boleh dilakukan selama tidak ada larangannya dalam Al Qur'an maupun dalam Sunnah Nabi.

"Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak." (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)

Dari Jabir bin Abdillah berkata : Jika Rasulullah berkhutbah maka merahlah kedua mata beliau dan suara beliau tinggi serta keras kemarahan (emosi) beliau, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan perang seraya berkata "Waspadalah terhadap musuh yang akan menyerang kalian di pagi hari, waspadalah kalian terhadap musuh yang akan menyerang kalian di sore hari !". Beliau berkata, "Aku telah diutus dan antara aku dan hari kiamat seperti dua jari jemari ini", Nabi menggandengkan antara dua jari beliau yaitu jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau berkata : "Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur'an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru dan semua bid'ah adalah kesesatan"
(HR Muslim no. 2042)

"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran  dari Tuhanmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikit pun) karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". [QS. An-Nisaa' : 170)

Dalam berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah ini seringkali kita mendapat banyak tentangan dari masyarakat, tapi anehnya yang menentang juga orang Islam sendiri. Padahal Tuhannya sama (Allah SWT), kitabnya sama (Al Qur'an), nabinya juga sama (Muhammad SAW) tapi kalau ada yang mengamalkan hasil kaji dari Al Qur'an dan Sunnah Nabi justru banyak dimusuhi masyarakat. Banyak sekali di berbagai daerah kalau ada pengajian yang mengajarkan Al Qur'an dan Sunah seringkali didemo dan dibubarkan oleh orang Islam sendiri dengan alasan tidak sesuai dengan tradisi mereka. Karena tidak sesuai dengan tradisi mereka itu lalu dianggapnya menghina dan melecehkan mereka.

Amalan ibadah sebaik apapun kalau tidak dituntunkan dalam Al Qur'an dan Sunnah Nabi harus kita tinggalkan, karena ibadah yang dianggap baik itu belum tentu benar. Benar itu bukan berdasar atas utak atik akal manusia, akan tetapi benar itu dari Allah SWT. Kalau kita mengaku orang Islam, dalam menanggapi tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam seharusnya tradisi tersebut yang harus mengikuti ajaran Islam, bukan sebaliknya, ajaran Islam yang harus disesuaikan dengan tradisi nenek moyangnya. Bahkan banyak tradisi-tradisi yang dikemas seolah-olah itu dari ajaran Islam dan dilakukan secara turun temurun. Hal ini bukan baru sekarang, sejak masa Nabi Muhammad SAW pun sudah demikian, seperti yang difirmankan Allah SWT berikut ini :

Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah Diturunkan Allah," mereka menjawab, "(Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya)." Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun, dan tidak mendapat petunjuk. [Q.S. Al-Baqarah : 170]

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (115)

"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". (116)

"Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang orang yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk". (117) [QS. Al-An'aam : 115-117]

Berpegang Teguh Pada Al-Qur'an dan Sunnah di Tengah Kerusakan Ummat
Di tengah-tengah kerusakan ummat ini kita harus selalu membentengi diri dengan tetap berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah. Kerusakan ummat di negeri kita tidak hanya dialami oleh kalangan tertentu saja tapi di berbagai kalangan masyarakat bisa terjangkit berbagai penyakit, bukan penyakit fisik, tetapi moralnya yang sakit. Terbukti dengan korupsi yang semakin merajalela, tindakan-tindakan kriminal hampir setiap hari bisa kita saksikan di televisi-televisi maupun di media-media cetak, perzinaan yang semakin terang-terangan bahkan perzinaan ini dilegalkan dengan pemberian ijin terhadap lokalisasi. Bahkan yang lagi hangat-hangatnya, perzinaan ini didukung dengan adanya proyek pembagian kondom gratis. Untuk itu mari kita bentengi diri dan keluarga kita dengan tetap berpegang teguh pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi.

"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudarat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". [QS. Al-Maaidah : 105]

Dari Abu Umayyah Asy-Sya'baniy, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada Abu Tsa'labah Al-Khusyaniy, aku bertanya, "Hai Abu Tsa'labah, bagaimana pendapatmu tentang ayat ini ?". Abu Tsa'labah balik bertanya, "Ayat yang mana ?". Aku berkata, "Yaitu firman Allah Ta'aalaa "Yaa ayyuhalladziina aamanuu 'alaikum anfusakum laa yadlurrukum man dlolla idzahtadaitum" - Al-Maaidah : 105". Abu Tsa'labah berkata, "Demi Allah, sungguh kamu menanyakan sesuatu yang aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah SAW", beliau bersabda, "Tetapi hendaklah kalian amar ma'ruf dan nahi munkar, sehingga apabila kamu melihat kebakhilan ditha'ati, hawa nafsu diikuti, keduniaan telah mewarnai, dan orang bangga dengan pendapatnya, maka wajib atasmu (yakni menjaga dirimu), tinggalkanlah keumuman orang, karena akan datang di belakang kalian hari-hari yang shabar pada waktu itu seperti orang yang menggenggam bara api. Bagi orang yang melakukan (amar ma'ruf nahi munkar) di tengah-tengah mereka pada hari itu akan mendapat pahala lima puluh orang yang beramal seperti kalian". 'Abdullah bin Mubarak berkata : Dan menambahkan kepadaku selain 'Uqbah, ada yang bertanya, "Ya Rasulullah, apakah pahala lima puluh orang dari kami atau dari mereka ?". Beliau menjawab, "Pahala lima puluh orang dari kalian". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 323, no. 5051]

Dari Abu Umayyah Asy-Sya'baniy, ia berkata : Saya pernah bertanya kepada Abu Tsa'labah, aku bertanya, "Hai Abu Tsa'labah, bagaimana pendapatmu tentang ayat 'alaikum anfusakum ? - Al-Maaidah : 105". Ia berkata, "Demi Allah, sungguh kamu menanyakan sesuatu yang aku pernah menanyakannya kepada Rasulullah SAW", beliau bersabda, "Tetapi hendaklah kalian amar ma'ruf dan nahi munkar, sehingga apabila kamu melihat kebakhilan ditha'ati, hawa nafsu diikuti, keduniaan telah mewarnai, dan orang bangga dengan pendapatnya, maka wajib atasmu (yakni menjaga dirimu), tinggalkanlah keumuman orang, karena akan datang di belakang kalian hari-hari keshabaran. Shabar pada waktu itu seperti orang yang menggenggam bara api. Bagi orang yang melakukan (amar ma'ruf nahi munkar) di tengah-tengah mereka pada hari itu akan mendapat pahala lima puluh orang yang beramal seperti dia". Perawi berkata : Dan menambahkan kepadaku selain dia, ia berkata, "Ya Rasulullah, apakah pahala lima puluh orang dari mereka ?". Beliau menjawab, "Pahala lima puluh orang dari kalian". [HR. Abu Dawud juz 4, hal. 123]

Dari Hudzaifah bin Yaman, ia berkata : Dahulu orang-orang bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kebaikan, sedangkan saya bertanya kepada beliau tentang keburukan, karena khawatir kalau keburukan itu akan menimpa saya. Saya bertanya, "Ya Rasulullah, sesungguhnya kami dahulu berada di masa jahiliyah dan dalam keburukan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini kepada kami, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada lagi keburukan ?". Nabi SAW menjawab, "Ya". Saya bertanya lagi, "Dan apakah setelah keburukan itu akan ada lagi kebaikan ?". Nabi SAW menjawab, "Ya". Dan padanya ada asap kelabu (percampuran yang baik dan yang buruk). Saya bertanya, "Apa itu yang dimaksud asap ?". Nabi SAW menjawab, "Ada suatu kaum yang memakai petunjuk bukan dengan petunjukku, kamu mengenal mereka dan mengingkarinya". Saya bertanya, "Apakah setelah kebaikan itu ada lagi keburukan ?". Nabi SAW menjawab, "Ya, yaitu orang-orang yang menyeru ke pintu-pintu Jahannam. Barangsiapa yang menyambut seruan mereka (mengikutinya), maka mereka akan melemparkannya ke Jahannam". Saya bertanya lagi, "Ya Rasulullah, terangkanlah sifat-sifat mereka kepada kami". Nabi SAW bersabda, "Mereka adalah orang-orang dari daging kulit kita sendiri, dan mereka berbicara dengan lisan kita". Saya bertanya lagi. "Lalu apa yang engkau perintahkan kepada saya jika saya mendapati yang demikian itu ?". Beliau bersabda, "Tetaplah kamu menetapi jama'ah muslimin dan imam mereka". Saya bertanya lagi, "Jika tidak ada jama'ah muslimin dan imam (lalu bagaimana) ?". Beliau bersabda, "Tinggalkanlah firqah-firqah itu semuanya, meskipun kamu harus menggigit akar-akar pohon sehingga mati menjemputmu, sedangkan kamu dalam keadaan demikian itu". [HR. Bukhari juz 4, hal. 178]

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sungguh kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka memasuki lubang biawak, kalian tetap mengikutinya". Kami (shahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nashrani ?". Beliau bersabda, "Lalu, siapa lagi ?". [HR. Bukhari juz 8, hal. 151]

Dari Abu Sa'id Al-Khudriy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka memasuki lubang biawak, kalian tetap mengikutinya". Kami (shahabat) bertanya, "Ya Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nashrani ". Beliau bersabda, "Lalu, siapa lagi ?". [HR. Muslim juz 4, hal. 2054]

Dari Tsauban, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Akan selalu ada segolongan dari ummatku yang menampakkan kebenaran. Tidak akan memudlaratkan kepada mereka orang yang menentangnya, sehingga Allah mendatangkan perintah-Nya, sedangkan mereka tetap demikian itu". [HR. Muslim juz 3, hal. 1523, no. 170]

Dari Mu'awiyah, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Selalu ada segolongan dari ummatku yang menegakkan perintah Allah, tidak akan memudlaratkan kepada mereka orang yang menentangnya atau menyelisihinya, sehingga datang keputusan Allah dan mereka tetap ada di tengah-tengah manusia". [HR. Muslim juz 3, hal. 1524, no. 174]

Dari 'Abdullah bin Mas'ud, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Islam itu bermula asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula, maka berbahagialah orang-orang yang asing". [HR. Tirmidzi juz 4, hal. 129, no. 2764]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Islam itu bermula asing, dan akan kembali asing sebagaimana semula asing. Maka berbahagialah bagi orang-orang yang asing". [HR Muslim juz 1, hal. 130]

Dari Sahl bin Sa'd As-Saa'idiy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Islam itu bermula asing, dan akan kembali asing, maka berbahagialah orang-orang yang asing". Para shahabat bertanya, "Siapakah orang yang asing itu ya Rasulullah ?". Beliau bersabda, "Yaitu orang-orang yang memperbaiki ketika manusia dalam keadaan rusak". [HR. Thabrani dalam Al-Kabir juz 6, hal. 164, no. 5867]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar