Pencemaran dalam tambang dan sekitarnya bisa terjadi oleh gas-gas,
logam-logam atau persenyawaan-persenyawaannya dalam bijih-bijih yang
timbul dari tambang, misal tambang mangan mengandung risiko keracunan
mangan, tambang air raksa yang mengandung bahaya keracunan keracunan air
raksa, demikian pula untuk tambang-tambang lainnya. Gas-gas
yang mempunyai lingkungan pertambangan bisa berasal dari gas-gas yang
secara alam memang tealh ada pada tambang atau oleh gas-gas yang terjadi
akibat proses yang terjadi dalam tambang seperti akibat kebakaran atau
ledakan. Selain oleh gas-gas beracun CO, H2S dan methan, juga gas-gas
yang tidak beracun seperti O2 karena kadarnya di bawah normal bisa
menyebabkan kelainan pada tubuh, bahkan bila kadarnya 6-8% atau lebih
kurang lagi bisa menimbulkan asphyxia sampai mati lemas. Penyakit-penyakit yang bisa timbul selain penyakit cacing
Ancylostomiasis yang disebabkan oleh cacing Ancylostomaduodenale dan
Nector Americanus juga penyakit Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu
tambang seperti anthracosis, silicosis, dan stanosis. Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan karena peristiwa
alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat kegiatan
industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan
jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan
teknologi yang ada.
Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara
serta sumber pencemarannya telah banyak Secara umum partikel
yang mencemari udara dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan
manusia. Partikel-partikel tersebut sangat merugikan kesehatan manusia.
Pada umumnya udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan
berbagai macam penyakit saluran pernapasan atau pneumoconiosis. Pada saat orang menarik nafas, udara yang mengandung partikel akan
terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu) yang masuk ke dalam
paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan partikel
tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan di
saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5
mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel
yang berukuran lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam
kantung udara paru-paru, menempel pada alveoli. Partikel yang lebih
kecil lagi, kurang dari 1 mikron, akan ikut keluar saat nafas
dihembuskan.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau
mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya,
tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam
paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai
di daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu
Silikosis, Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
1. Penyakit Silikosis
Penyakit Silikosis disebabkan oleh pencemaran debu silika bebas,
berupa SiO2, yang terhisap masuk ke dalam paru-paru dan kemudian
mengendap. Debu silika bebas ini banyak terdapat di pabrik besi dan
baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak
terdapat di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan
tambang batubara. Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak
menghasilkan debu silika bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan
keluar dan terdispersi ke udara bersama – sama dengan partikel lainnya,
seperti debu alumina, oksida besi dan karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru akan mengalami masa
inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan lebih pendek,
atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila konsentrasi
silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah
banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai
batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada
silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan
pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati.
Bila penyakit silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah
dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang
potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan
keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit
silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih
penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit
silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah
menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan
penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan
pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu
pencegahan dan penanggulangan penyakit-penyakit akibat kerja. Data
kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah
bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau
sewaktu – waktu diperlukan.
2. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan
oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran
dari berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium
silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes
dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam
paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang
disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan
tampak adanya debu asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk
berbagai macam keperluan kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan
keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan
asbestosis ini.
3. Penyakit Bisinosis
Penyakit
Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap
ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada
pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan
kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau
tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain
sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama,
yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa
sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu
hari awal kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin
bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada
dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada
bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut biasanya juga
diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga disertai
dengan emphysema.
4. Penyakit Antrakosis
5. Penyakit Beriliosis
Penyakit Antrakosis adalah
penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit
ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada
pekerja-pekerja yang banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti
pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif (stoker) dan juga pada
kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada pusat Listrik
Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit
ini antara 2 – 4 tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga
penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga
ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu batubara
terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga
sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka
penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga
macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan
penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis
murni disebabkan debu batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup
lama untuk menjadi berat, dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit
antrakosis menjadi berat bila disertai dengan komplikasi atau emphysema
yang memungkinkan terjadinya kematian. Kalau terjadi emphysema maka
antrakosis murni lebih berat daripada silikoantraksosis yang relatif
jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara antrakosis murni dan
silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber penyebabnya.
Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah dibedakan
dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat
dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya
debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis
yang menyerang paru-paru.
5. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam
tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis
yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas.
Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik
fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja
pengolahan bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu,
pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan
juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda
atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis kronis.
Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup
udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah
pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu
logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini
ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak
napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar