Kamis, 31 Januari 2013

Sarana-Sarana yang Berbahaya: Tidur Berlebihan dan Larut dalam Permainan dan Kebatilan


Di antara sarana pengisi waktu kosong ada yang memilki pengaruh negatif dan menghambat pendidikan diri. Di antara sarana tersebut adalah:
a. Tidur berlebihan
b. Larut dalam permainan dan kebatilan
Berikut ini saya sebutkan dampak kedua sarana tersebut terhadap pendidikan diri:
a. Tidur secara berlebihan
    Sebagian orang mengira bahwa tidur dan menambah posisi tidur merupakan bukti pemberian hak istirahat bagi diri sendiri, padahal tindakan ini justru membahayakan diri sendiri. Diantara bahayanya, tidur dapat membuat seseorang tidak melakukan banyak pekerjaan yang bermanfaat, dan memperkecil kesempitan pemanfaatan waktu kosong yang seyogianya digunakan untuk hal-hal yang memberinya manfaat dan kebaikan. Orang yang banyak tidur, pasti banyak merugi.
    Berbagai kajian dan penelitian menunjukkan pentingnya mempersedikit porsi tidur. Dr. Hamdi mengatakan “Para dokter berpendapat bahwa orang yang membatasi waktu tidurnya lebih energik dan lebih dari delapan jam! Hal itu karena orang yang suka tidur biasanya memiliki  sifat gelisah, introfert, terasing, cemas, cenderung impotent, rusak syaraf, bimbang, mudah terpengaruh oleh sebab yang paling sepele, dan pesimis. Sebagaimana mereka biasanya tidak menyikapi masalah pribadi mereka secara serius. Karena itu, mereka suka tidur dan seolah-olah mereka lari dari kehidupan, dan berbagai masalahnya.” Jadi, banyak tidur dianggap sebagai tindakan lari dari realitas. Padahal kehidupan ini hanyalah beberapa jam yang digunakan untuk menghadapi realitas ini, perjuangan melawan nafsu dan mengarahkannya kepada yang lebih baik. Hamdi juga mengatakan, “Sebagaimana berbagai kajian para peneliti membuktikan bahwa orang-orang yang tidur singkat lebih biasa merasakan tidur nyenyak daripada orang-orang yang tidur lebih banyak dari ukuran yang normal.. Jadi, banyak tidur itu tidak sehat, sedangkan tidur minimal itu dapat menjadi obat.”
    Karena itu, hendaknya setiap orang melakukan instrospeksi diri berkaitan dengan ukuran tidurnya. Masalahnya adalah pembiasan, sebagaimana jiwa cenderung kepada apa yang telah menjadi kebiasaanya. Di antara waktu yang dilalaikan banyak orang dan diisinya dengan tidur adalah waktu setelah shalat subuh. Itupun bila mereka tidak tidur sehingga meninggalkan shalat subuh, dan tidak bangun kecuali setelah matahari terbit. Waktu ini termasuk waktu yang diberkahi dimana rezki materi dan spiritual dibagikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi kita untuk mencari ilmu dan rezki sejak dini, karena beliau mengetahui adanya kebaikan dan keberkahan pada waktu pagi. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Waktu pagi diberkahi bagi umatku.” (HR Thabrani).
    Sebagaimana sahabat agung Shakhar bin Wadalah al-Ghamidi meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau berdoa, “Ya Allah, berkahilah waktu pagi bagi umatku.” Ia berkata, “Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus sebuah pasukan, maka beliau mereka di pagi hari.” Sahabat ini memetik manfaat dari hadits tersebut. Sebagai seorang pedagang, ia biasa mengirim dagangannya di pagi hari sehingga ia memperoleh banyak kekayaan. Karena pekerjaan di pagi hari dapat mendatangkan kebaikan, memperbanyak keuntungan, dan menambah kesempurnaan amal, maka usaha seseorang untuk tidak tidur pada waktu yang diberkahi itu membuatnya dapat memanfaatkan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat baginya dan ikut andil dalam mendidik dan membersihkan sirinya sendiri.

b. Larut dalam permainan dan kebatilan
    Di antara sarana yang berbahaya untuk mengisi waktu kosong dan menjauhkan dari pendidikan diri adalah larut dalam permainan dan kebatilan, khusunya terlalu mengikuti banyak mengikuti acara video, televisi, games. Ketiga sarana ini mudah, yaitu memikat para pemirsa dengan gambar-gambarnya yang menarik dan menggunakan teknik-teknik modern dalam penyiapan dan pelaksanannya. Meskipun demikian, program-program tersebut hanya memberi sedikit manfaat. Sayangnya, gambar-gambar televisi yang ditayangkan secara terus-menerus di hadapan pemirsanya itu menjadi batu sandungan bagi kemampuan kritisnya, sehingga gambar-gambar itu secara tidak sadar merasuki akalnya, dan menjadi hal-hal yang bisa diterima. Apabila seseorang secara terus-menerus dalam kondisi seperti ini, menerima setiap budaya dan tradisi yang disodorkan kepadanya, amka ia pada suatu hari akan kehilangan identitas dan kepribadiannya yang orisinil. Demikianlah, tampak bahwa televisi memiliki peran terbatas dalam pendidikan dan pengajaran. Marwan Kajak berkata, “ Bentuk pendidikan yang paling baik adalah pendidikan yang bersandar pada keterlibatan aktif..Sedangkan saat menonton televisi seseorang hanya menerima saja, tidak interaktif, dan tidak memungkinkannya melakukan sesuatu selain memfokuskan perhatian. Karena itu, informasi-informasi ini terus mengalir tetapi kita tidak berinteraksi sama sekali setelah itu. Kita tidak tahu dengan apa kita berinteraksi sama sekali setelah itu. Kita tidak tahu dengan apa kita berinteraksi. Dan ketika Anda menonton televisi, maka Anda telah melatih diri Anda untuk tidak berinteraksi, sedangkan dalam diri Anda berkembang aspek-aspek negatif.”
    Tidak itu saja, bahkan televisi dapat meruntuhkan dalam waktu singkat apa yang dijelaskan para pakar pendidikan guru selama bertahun-tahun. Dengan kata lain, televisi melakukan aktivitas pendidikan yang bertentangan dengan aktivitas-aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh masjid, sekolah, dan keluarga. Televisi, video dan games memiliki dampak negatif bagi jiwa manusia. Dampak-dampak ini terkadang tidak tampak secara langsung setelah selesai mengikuti program atau tayangan televisi, tetapi tampak setelah itu dalam jangka waktu yang lama. Marwan Kajak juga mengatakan, “Dipastikan bahwa dampak-dampak ini tidak datang secara langsung setelah informasi-informasi itu dituangkan ke dalam pikiran. Melainkan , ia muncul lama kemudian akibat penumpukan program-program lain yang mengakibatkan dampak-dampak yang bertumpuk, sehingga ia memainkan peran baru untuk memberi motivasi dari dalam  ke luar dalam bentuk perilaku gerak yang mengartikulasikan interaksi tak sadar, yang mengambil jalan masuk ke dalam jiwa dalam bentuk pemahaman-pemahaman yang menyatu dengan kepribadian sehingga menghasilkan sebagian ciri khas dan sasarannya.”
    Meskipun demikian, penulis berpandangan bahwa seandainya berbagai sarana informasi itu diarahkan, dan dimanfaatkan, kemudian berbagai program dan tayangannya diperbaiki sehingga sesuai dengan akidah, akhlak, dan nilai-nilai islami kita, asalkan tidak menyita seluruh waktu individu Muslim, maka banyak dampak negatifnya yang bisa dihilangkan, dan banyak yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai bidang, termasuk pendidikan diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar