Di antara sarana pengisi waktu
kosong ada yang memilki pengaruh negatif dan menghambat pendidikan diri. Di
antara sarana tersebut adalah:
a. Tidur berlebihan
b. Larut dalam permainan dan
kebatilan
Berikut ini saya sebutkan dampak
kedua sarana tersebut terhadap pendidikan diri:
a. Tidur secara berlebihan
Sebagian orang mengira bahwa tidur dan menambah posisi tidur merupakan
bukti pemberian hak istirahat bagi diri sendiri, padahal tindakan ini justru
membahayakan diri sendiri. Diantara bahayanya, tidur dapat membuat seseorang
tidak melakukan banyak pekerjaan yang bermanfaat, dan memperkecil kesempitan
pemanfaatan waktu kosong yang seyogianya digunakan untuk hal-hal yang
memberinya manfaat dan kebaikan. Orang yang banyak tidur, pasti banyak merugi.
Berbagai kajian dan penelitian menunjukkan
pentingnya mempersedikit porsi tidur. Dr. Hamdi mengatakan “Para dokter
berpendapat bahwa orang yang membatasi waktu tidurnya lebih energik dan lebih
dari delapan jam! Hal itu karena orang yang suka tidur biasanya memiliki sifat gelisah, introfert, terasing, cemas,
cenderung impotent, rusak syaraf, bimbang, mudah terpengaruh oleh sebab yang
paling sepele, dan pesimis. Sebagaimana mereka biasanya tidak menyikapi masalah
pribadi mereka secara serius. Karena itu, mereka suka tidur dan seolah-olah
mereka lari dari kehidupan, dan berbagai masalahnya.” Jadi, banyak tidur
dianggap sebagai tindakan lari dari realitas. Padahal kehidupan ini hanyalah
beberapa jam yang digunakan untuk menghadapi realitas ini, perjuangan melawan
nafsu dan mengarahkannya kepada yang lebih baik. Hamdi juga mengatakan,
“Sebagaimana berbagai kajian para peneliti membuktikan bahwa orang-orang yang
tidur singkat lebih biasa merasakan tidur nyenyak daripada orang-orang yang
tidur lebih banyak dari ukuran yang normal.. Jadi, banyak tidur itu tidak
sehat, sedangkan tidur minimal itu dapat menjadi obat.”
Karena itu, hendaknya setiap orang
melakukan instrospeksi diri berkaitan dengan ukuran tidurnya. Masalahnya adalah
pembiasan, sebagaimana jiwa cenderung kepada apa yang telah menjadi
kebiasaanya. Di antara waktu yang dilalaikan banyak orang dan diisinya dengan
tidur adalah waktu setelah shalat subuh. Itupun bila mereka tidak tidur
sehingga meninggalkan shalat subuh, dan tidak bangun kecuali setelah matahari
terbit. Waktu ini termasuk waktu yang diberkahi dimana rezki materi dan
spiritual dibagikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memotivasi kita
untuk mencari ilmu dan rezki sejak dini, karena beliau mengetahui adanya
kebaikan dan keberkahan pada waktu pagi. Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
‘Waktu pagi diberkahi bagi umatku.” (HR Thabrani).
Sebagaimana sahabat agung Shakhar bin Wadalah al-Ghamidi meriwayatkan
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau berdoa, “Ya Allah,
berkahilah waktu pagi bagi umatku.” Ia berkata, “Apabila Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengutus sebuah pasukan, maka beliau mereka di pagi hari.”
Sahabat ini memetik manfaat dari hadits tersebut. Sebagai seorang pedagang, ia
biasa mengirim dagangannya di pagi hari sehingga ia memperoleh banyak kekayaan.
Karena pekerjaan di pagi hari dapat mendatangkan kebaikan, memperbanyak
keuntungan, dan menambah kesempurnaan amal, maka usaha seseorang untuk tidak
tidur pada waktu yang diberkahi itu membuatnya dapat memanfaatkan waktu untuk
hal-hal yang bermanfaat baginya dan ikut andil dalam mendidik dan membersihkan
sirinya sendiri.
b. Larut dalam permainan dan
kebatilan
Di antara sarana yang berbahaya untuk mengisi waktu kosong dan menjauhkan
dari pendidikan diri adalah larut dalam permainan dan kebatilan, khusunya
terlalu mengikuti banyak mengikuti acara video, televisi, games. Ketiga sarana
ini mudah, yaitu memikat para pemirsa dengan gambar-gambarnya yang menarik dan
menggunakan teknik-teknik modern dalam penyiapan dan pelaksanannya. Meskipun demikian,
program-program tersebut hanya memberi sedikit manfaat. Sayangnya,
gambar-gambar televisi yang ditayangkan secara terus-menerus di hadapan
pemirsanya itu menjadi batu sandungan bagi kemampuan kritisnya, sehingga
gambar-gambar itu secara tidak sadar merasuki akalnya, dan menjadi hal-hal yang
bisa diterima. Apabila seseorang secara terus-menerus dalam kondisi seperti
ini, menerima setiap budaya dan tradisi yang disodorkan kepadanya, amka ia pada
suatu hari akan kehilangan identitas dan kepribadiannya yang orisinil.
Demikianlah, tampak bahwa televisi memiliki peran terbatas dalam pendidikan dan
pengajaran. Marwan Kajak berkata, “ Bentuk pendidikan yang paling baik adalah
pendidikan yang bersandar pada keterlibatan aktif..Sedangkan saat menonton
televisi seseorang hanya menerima saja, tidak interaktif, dan tidak
memungkinkannya melakukan sesuatu selain memfokuskan perhatian. Karena itu,
informasi-informasi ini terus mengalir tetapi kita tidak berinteraksi sama
sekali setelah itu. Kita tidak tahu dengan apa kita berinteraksi sama sekali
setelah itu. Kita tidak tahu dengan apa kita berinteraksi. Dan ketika Anda
menonton televisi, maka Anda telah melatih diri Anda untuk tidak berinteraksi,
sedangkan dalam diri Anda berkembang aspek-aspek negatif.”
Tidak itu saja, bahkan televisi dapat
meruntuhkan dalam waktu singkat apa yang dijelaskan para pakar pendidikan guru
selama bertahun-tahun. Dengan kata lain, televisi melakukan aktivitas
pendidikan yang bertentangan dengan aktivitas-aktivitas pendidikan yang dilakukan
oleh masjid, sekolah, dan keluarga. Televisi, video dan games memiliki dampak
negatif bagi jiwa manusia. Dampak-dampak ini terkadang tidak tampak secara
langsung setelah selesai mengikuti program atau tayangan televisi, tetapi
tampak setelah itu dalam jangka waktu yang lama. Marwan Kajak juga mengatakan,
“Dipastikan bahwa dampak-dampak ini tidak datang secara langsung setelah
informasi-informasi itu dituangkan ke dalam pikiran. Melainkan , ia muncul lama
kemudian akibat penumpukan program-program lain yang mengakibatkan
dampak-dampak yang bertumpuk, sehingga ia memainkan peran baru untuk memberi
motivasi dari dalam ke luar dalam bentuk
perilaku gerak yang mengartikulasikan interaksi tak sadar, yang mengambil jalan
masuk ke dalam jiwa dalam bentuk pemahaman-pemahaman yang menyatu dengan
kepribadian sehingga menghasilkan sebagian ciri khas dan sasarannya.”
Meskipun demikian, penulis berpandangan
bahwa seandainya berbagai sarana informasi itu diarahkan, dan dimanfaatkan,
kemudian berbagai program dan tayangannya diperbaiki sehingga sesuai dengan
akidah, akhlak, dan nilai-nilai islami kita, asalkan tidak menyita seluruh
waktu individu Muslim, maka banyak dampak negatifnya yang bisa dihilangkan, dan
banyak yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai bidang, termasuk pendidikan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar